SMA Negeri 2 Woja --- Melaksanakan festival dan kompetisi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk pertama kalinya menerapkan homestay bagi para peserta untuk tinggal di kota tempat pelaksanaan kegiatan. Pola homestay diaplikasikan pada pelaksanaan Literasi Festival dan Lomba 2016 yang diselenggarakan oleh Direktorat Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (PKLK) di Pangkalpinang, Bangka Belitung, pada 6 sampai 8 Maret 2016.
Pelaksanaan kegiatan ini melibatkan masyarakat dengan pola homestay, di mana pesaing dan pendamping dari 34 provinsi yang tinggal di 34 keluarga di sekitar lokasi kegiatan dan Literasi Festival dan kompetisi 2016.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan apresiasi bagi orang-orang di Bangka Tengah, terutama keluarga yang berpartisipasi sebagai keluarga angkat dalam pola homestay. Kegiatan ini tidak hanya menarik karena kegiatan keaksaraan, tetapi tidak kalah penting acara ini diadakan untuk anak-anak tidak tinggal di hotel tapi tinggal dengan keluarga di Bangka Tengah, dan ini adalah yang pertama untuk program ini. katanya saat acara Penutupan Festival dan Literasi Contest 2016 pada Selasa malam, (2016/03/08), di Pangkalpinang, Bangka Belitung.
Dia mengatakan peran masyarakat dalam berpartisipasi dalam pola homestay bentuk kesadaran masyarakat tentang pendidikan, khususnya dalam mempromosikan gerakan sastra Anak Berkebutuhan Khusus, karena dalam keluarga penerima yang sebenarnya tidak diberi kompensasi apapun. Receiver homestay keluarga menyediakan layanan atas inisiatif sendiri untuk menurunkan dan menjemput peserta dan co- mengikuti seluruh tahapan PKLK Literasi Festival dan Lomba 2016.
Saya berharap untuk keluarga yang menjadi keluarga barunya, obligasi ini dipertahankan, komunikasi dapat dipertahankan melalui media sosial dan melalui komunikasi yang mudah, agar dapat dipertahankan terus menerus di masa depan, kata Menteri Pendidikan.
Dia juga mengatakan bahwa, selama festival atau lomba tingkat nasional hanya dapat diselenggarakan di kota-kota besar karena hanya ada di hotel-kota besar dengan jumlah yang memadai dari kamar untuk menampung semua peserta. Pertanyaannya adalah mengapa harus tinggal di hotel? Kan bisa tinggal dengan keluarga. Itu tidak hanya tinggal di Bangka Tengah, tidak hanya tinggal di Tulang Bawang Barat, tetapi tinggal dengan rekan, dan perasaan setelah tinggal dengan rekan-rekan merasa ikatan nasional. itu dibangun tidak hanya di lorong-lorong tapi dibangun rumah-rumah di mana kita hidup sehari-hari, katanya.
Mendikbud berharap, pendidikan dapat menjadi gerakan, bukan program, sehingga semua pihak bisa terlibat. Bangka Tengah menjadi waktu pelaksanaan pertama festival dan kompetisi tingkat nasional melaksanakan homestay, dan akan menjadi acuan bagi pelaksanaan kegiatan serupa lainnya, dengan menjalankan bertahap. Selama ini ada sekitar 120an jumlah peserta tetapi yang tinggal dengan keluarga tidak semua. Tidak pernah membayangkan mungkin bagi keluarga di sini, menerima tamu dari Nusa Tenggara Timur, menerima tamu dari Papua, menerima pengunjung dari Sulawesi Utara, dan Alhamdulillah akan bergulir, kata Menteri Pendidikan.
Salah satu siswa yang mengikuti lomba pendamping untuk menulis cerita pendek, Henny Hadiyuni menceritakan pengalamannya ketika tinggal di rumah salah satu keluarga di Bangka Tengah, Di sini kita tinggal di rumah ibu Susi, Kepala SD Negeri 3 Pangkal Pinang. Kami sangat senang karena diterima dengan baik di rumah. Dia ramah menerima kami tahu ketika baru. Kami tidak merasa canggung dan kami juga diajarkan masak makanan khas di sini sebagai mikoba dan mpek-mpek, kata guru SMA terbuka gambut, provinsi Kalimantan Selatan.
Sumber : www.kemendikbud.go.id
Pelaksanaan kegiatan ini melibatkan masyarakat dengan pola homestay, di mana pesaing dan pendamping dari 34 provinsi yang tinggal di 34 keluarga di sekitar lokasi kegiatan dan Literasi Festival dan kompetisi 2016.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan apresiasi bagi orang-orang di Bangka Tengah, terutama keluarga yang berpartisipasi sebagai keluarga angkat dalam pola homestay. Kegiatan ini tidak hanya menarik karena kegiatan keaksaraan, tetapi tidak kalah penting acara ini diadakan untuk anak-anak tidak tinggal di hotel tapi tinggal dengan keluarga di Bangka Tengah, dan ini adalah yang pertama untuk program ini. katanya saat acara Penutupan Festival dan Literasi Contest 2016 pada Selasa malam, (2016/03/08), di Pangkalpinang, Bangka Belitung.
Dia mengatakan peran masyarakat dalam berpartisipasi dalam pola homestay bentuk kesadaran masyarakat tentang pendidikan, khususnya dalam mempromosikan gerakan sastra Anak Berkebutuhan Khusus, karena dalam keluarga penerima yang sebenarnya tidak diberi kompensasi apapun. Receiver homestay keluarga menyediakan layanan atas inisiatif sendiri untuk menurunkan dan menjemput peserta dan co- mengikuti seluruh tahapan PKLK Literasi Festival dan Lomba 2016.
Saya berharap untuk keluarga yang menjadi keluarga barunya, obligasi ini dipertahankan, komunikasi dapat dipertahankan melalui media sosial dan melalui komunikasi yang mudah, agar dapat dipertahankan terus menerus di masa depan, kata Menteri Pendidikan.
Dia juga mengatakan bahwa, selama festival atau lomba tingkat nasional hanya dapat diselenggarakan di kota-kota besar karena hanya ada di hotel-kota besar dengan jumlah yang memadai dari kamar untuk menampung semua peserta. Pertanyaannya adalah mengapa harus tinggal di hotel? Kan bisa tinggal dengan keluarga. Itu tidak hanya tinggal di Bangka Tengah, tidak hanya tinggal di Tulang Bawang Barat, tetapi tinggal dengan rekan, dan perasaan setelah tinggal dengan rekan-rekan merasa ikatan nasional. itu dibangun tidak hanya di lorong-lorong tapi dibangun rumah-rumah di mana kita hidup sehari-hari, katanya.
Mendikbud berharap, pendidikan dapat menjadi gerakan, bukan program, sehingga semua pihak bisa terlibat. Bangka Tengah menjadi waktu pelaksanaan pertama festival dan kompetisi tingkat nasional melaksanakan homestay, dan akan menjadi acuan bagi pelaksanaan kegiatan serupa lainnya, dengan menjalankan bertahap. Selama ini ada sekitar 120an jumlah peserta tetapi yang tinggal dengan keluarga tidak semua. Tidak pernah membayangkan mungkin bagi keluarga di sini, menerima tamu dari Nusa Tenggara Timur, menerima tamu dari Papua, menerima pengunjung dari Sulawesi Utara, dan Alhamdulillah akan bergulir, kata Menteri Pendidikan.
Salah satu siswa yang mengikuti lomba pendamping untuk menulis cerita pendek, Henny Hadiyuni menceritakan pengalamannya ketika tinggal di rumah salah satu keluarga di Bangka Tengah, Di sini kita tinggal di rumah ibu Susi, Kepala SD Negeri 3 Pangkal Pinang. Kami sangat senang karena diterima dengan baik di rumah. Dia ramah menerima kami tahu ketika baru. Kami tidak merasa canggung dan kami juga diajarkan masak makanan khas di sini sebagai mikoba dan mpek-mpek, kata guru SMA terbuka gambut, provinsi Kalimantan Selatan.
Sumber : www.kemendikbud.go.id
This comment has been removed by the author.
ReplyDeletebravo for homestay program
ReplyDeleteThanks
ReplyDeleteMantap www.bloggerdompu.id
ReplyDelete